Rumah di jalan mawar

Diriku senang,diriku riang
Aku ingin berdendang
Tantangan telah ku hadang

            Syair itulah yang bergema dalam pikiranku.Pikiranku melayang serasa di atas awan yang sedang mengembang.Pikiranku merantau entah kemana adanya,kutemukan jawaban,ya tentu saja pikiranku sedang mengembara,mengembara untuk merencanakan sesuatu,sesuatu yang akan kuhadapi pada saat liburan.UAS semester ganjil telah berlalu,sebentar lagi masa liburan sekolah akan tiba .Akan kuperkenalkan diriku,namaku Siti ana ,jika mau panggil saja aku Ana, sekarang aku sudah kelas 8 tepatnya sih 7-C.Aku murid pindahan dari Jakarta ke Bandung.
             “SITI ANA”……..Suara itu membuyarkan lamunanku yang sedang terbang kesana-kemari.Ternyata “Masya allah” aku terbangun kaget,aku melihat sekeliling,ternyata aku tertidur pada saat pelajaran IPS.Pak Bunter guru IPS-ku mendekatiku ,dengan hati resah aku merasa semua memandangku dengan tatapan yang menegangkan.”Selamat ya Ana ,kamu mendapatkan nilai ulangan terbesar di kelas ini.”kata Pak Bunter sekaligus mengulurkan tangannya.Aku cepat mengendalikan diri,lalu akupun turut menjabat tangan Pak Bunter.
            TET…TOT…TET…Suara bel pulang berbunyi menggemakan seluruh ruang kelas yang ada di sekolahku.Lalu akupun bersiap untuk pulang.”ana.” suara itu memanggilku pada saat aku hampir meninggalkan ruang kelas.Aku pun menoleh tepat ke arah sumber suara itu berasal.”Na,kamu hari ini naik angkot gak?”kata Rara dan Sofala kepadaku secara hampir bersamaan.Mereka adalah teman-temanku yang paling baik yang pernah aku kenal.
            Rara adalah anak yang super duper cerewet terus kalau Sofala adalah madona di sekolahku,dia adalah anak yang paling cantik dan dia juga gak sombong.Belum sempat aku menjawab,Rara udah nyerocos duluan,”Ayo mau ya plis… ”.“Iya,iya aku naik Angkot kok.”sahutku.Kami bertiga-pun naik angkot.Lalu kami berhenti di depan komplek “Citra bunga asri.”.Karena di komplek kami anti gas polusi jadi gak bakalan ada yang namanya tukang ojek,sebagai gantinya jadi ada tukang becak.Karena becak gak cukup 3-an maka kami jalan deh sampai rumah.
            Jalan yang biasa kami lalui sedang diperbaiki.Kami pun mengambil jalan yang berbeda,yaitu jl.Mawar.Kami melewati sebuah rumah kosong yang baru setengah jadi,rumah itu tidak dipoles oleh cat satu tetespun ,padahal terlihat dari luar,dekorasi yang disiapkan untuk rumah itu terkesan mewah dan indah.Tiba-tiba muncul rasa penasaranku tentang rumah itu.lalu aku tertegun sesaat di depan rumah itu.
            Tapi tiba-tiba angin bertiup sangat kencang menerpa tubuhku. Tak kusangka aku akhirnya berada jauh dari teman-temanku , akhirnya aku mengejar ketinggalan ku yang sejak didepan rumah tadi sudah jauh dari teman-temanku.Akhirnya kami bertemu di depan warung Bu Arys.”Na kmu dari tadi dimana? Kami khawatir loh”,kata Sofala dengan nada cemas.Sesaat hening.”Ya sudah kalau begitu Sampai bertemu lagi nanti maghrib ya,dah Anna.”Kata Rara kepadaku.Dengan hitungan detik pun mereka sudah menghilang dari pandangan.
            Aku pun terus melanjutkan perjalananku ke rumah,Rumah ku berada di jl.Teratai tepat disebelah jl.Mawar,Sedangkan rumah Sofala di jl.Melati di sebelah jl. teratai dan rumah Sofala di jl.Anggrek di sebelah jl.Melati.Sampailah aku di depan rumahku.Rumah ku sangat lenggang dan sepi tapi tak berkurang keindahannya.Bisa dimaklumi, aku ini anak tunggal dan kedua orangtuaku bekerja,mereka termasuk pekerja keras dan aku sangat menyayangi mereka.Saat aku ingin merebahkan tubuhku di sofa ruang keluarga telepon disebelah sofaku berdering.”KRING…KRING,.” telepon itu terus berdering menunggu agar aku mengangkatnya.
            Tubuhku terasa lemas,sehabis tadi aku berjalan dan berlari.Dengan berat hati aku pun mengangkat telepon itu.
”Assalmualaikum ”kata rara
“Walaikum salam.”sahutku
“Na ni aku Rara aku punya film baru loh mau ikut nonton gak?di rumah aku sendiri soalnya pembantuku lagi belanja,terus disini juga ada sofala.”kata Rara dengan panjang lebar mengutarakan maksudnya
“Tapi gimana yah aku masih capek nih lain kali aja ya,sorry banget nih.”
“Ya udah gak apa-apa kok,assalamualaikum.”
“Walaikum salam.”
            Aku pun kembali ke sofa ingin rasanya bersantai sebentar,tapi saat aku ingin duduk kembali tiba-tiba …”KRING…KRING…”kembali telepon berdering.Dengan gerakan tubuh yang lemas aku pun bermaksud menghampiri telepon itu,tapi saat hampir sampai,telepon itu mati lalu aku bermaksud untuk meninggalkannya tapi saat aku berbalik telepon itu berdering lagi,lalu saat aku berbalik kembali ke tempat telepon,telepon itu mati.Dengan nada geram aku berkata “Pasti orang jail.”.Lalu aku mengambil tas ku yang tergeletak di sofa,aku mengambilnya dan pergi dengan lemas menuju ke kamar.Saat sampai di kamar aku mengambil air wudh, lalu shalat dzuhur ,setelah shalat akupun merebahkan tubuhku di atas ranjang, lalu tanpa aku sadari aku sudah terlelap di atas nya.
             “ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR”Suara adzan membangunkanku dari tidur lelapku.Aku pun cepat-cepat mengambil air wudhu lalu shalat ashar,setelah itu aku mengganti baju sekolahku karena dari tadi masih kupakai.lalu setelah itu,seperti biasa akhirnya ku jalankan aktifitas sehari-hari di rumah .Tanpa terasa hari menjelang sore,terdengar suara memanggilku dari luar,aku pun mengerti arti suara itu.Cepat-cepat aku bergegas mengganti baju,lalu keluar menemui dua sahabatku yang sudah tentu kalian pasti tau.Seperti biasa aku, Rara,dan Sofala Sholat berjamaah di masjid.
            Kami bertiga lalu pergi ke masjid Ar-rahman yang terletak di jl.Cempaka di seberang antara jl.Teratai dan jl.Melati.Tanpa terasa kami sudah sampai halaman mesjid Ar-rahman.Kami pun menunaikan ibadah kami di masjid itu.Setelah selesai seperti biasanya kami berbincang-bincang sebentar.
“Eh kalian tau tidak rumah kosong kemarin yang kita lewati,yang berada di jl.Mawar?”kataku memulai pembicaraan
“Oh yang desain eksteriornya bergaya Eropa-Belanda yang tak dicat,belum jadi,terus desainnya masih belum rampung”kata Sofala menanggapi
“ya,betul banget,menurut kalian kenapa rumah itu tidak di tempati?”kataku dengan nada penasaran
Sekarang bagian Rara menjawab”Katanya saat membangun rumah itu,uangnya dibawa kabur oleh kuli bangunan tersebut,terus besoknya ia menemukan berita di Koran tentang sekelompok buronan dukun yang sedang diincar polisi,dia pun sangat mengenal wajah orang tersebut yaitu kuli bangunanya”
“Tapi kenapa gak dilaporin polisi aja?”tanyaku
“Soalnya besoknya pemilik rumah tersebut mendapatkan surat yang menggantung dipagar rumahnya surat tersebut berupa surat ancaman agar dia tidak memberitahukan kepada pihak polisi kalau diberitahukan dia akan di santet.”kata Rara dengan tegang
Rara pun melanjutkan pembicaraan “Tapi pemilik rumah itu tidak menghiraukan surat itu dan pada akhirnya dia memberitahukan pada polisi,polisi pun segera mencarinya tapi menurut keterangan para saksi para buronan tersebut pergi ke desa gunung kidul lalu pergi ke belakang gunung merapi di Jogja,konon katanya sih mereka akan melakukan semedi dan mereka memiliki tempat khusus yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang tapi harus dilihat melalui kacamata ghaib”.Sebenarnya masih banyak yang ingin aku tanyakan pada Rara dan Sofala.Tapi karena waktu menunjukkan jam 18.45 kami pun cepat-cepat pulang.

***

Esoknya…
            Aku tidak berangkat bersama Rara dan Sofala,aku diantarkan oleh supir pribadi ayahku.Sesampainya di lorong aku melihat orang-orang berlarian menuju mading, aku pun cepat-cepat pergi ke kelas untuk menyimpan tas.Sesampainya di kelas aku merasa sepi ,aku tidak melihat ada orang di sana yang aku lihat hanya ada tas mereka.Tapi aku pun tidak menghiraukan yang biasanya suasana kelas ribut pada pagi hari. Karena rasa penasaran yang berat akhirnya aku langsung pergi ke tampat mading yang baru saja aku lihat .
            Sesampainya disana,aku tidak melihat Rara dan Sofala.Tapi tidak aku pikirkan,pikiranku hanya satu yaitu ada apa di mading.Aku berusaha masuk ke dalam kerumunan orang yang berada di depan mading,dan akhirnya aku bisa membaca tulisan di mading.Di mading tertulis


PENGUMUMAN

Kepada seluruh siswa/siswi yang bapa cintai.Libur tanggal 20 dimajukkan menjadi tanggal 18,atas perhatian kami ucapkan terima kasih.

                                                                                                    Bandung,17-12-08
                                                                                                   Atas nama sekolah




                                                                                                (                        )

NB:UNTUK ANAK KELAS 9


Aku pun bersorak bergembira.TET…TET…TET…tanda bel masuk berbunyi,kerumunan pun dengan sekejap menghilang .Aku pun akan segera menghilang dari mading tersebut saat akan memasuki kelas,aku melihat “kok jadi anak kelas 7 sih?”aku pun berdialog di dalam hati.
             “Na kita pindah kelas”kata Sofala dari luar,aku pun cepat-cepat mengambil tas dan anak kelas 7 itu pun dengan gembira menyorakiku.Aku sedikit malu tapi kenapa dalam hati aku serasa ingin tertawa.”Na tadi aku liat kamu ke mading,kamu gak liat ada pengumuman pindah kelas,kelas 9 kan sekarang libur”kata Sofala menjelaskan.”Oh iya kita liburnya jadi tanggal 18 loh”kataku dengan nada gembira
“lha sekarang kan tanggal 18”Sofala heran
“Tapi di mading…18…eh…”aku ikutan pusing
“Oh maksudmu pengumuman kecil itu,kalau itu ada tulisan di bawahnya untuk kelas 9,kita kan besok eskul badmintonnya libur, jadi dari besok juga kita udah libur”jelas Sofala
Aku pun termenung sampai tiba di kelas.
“Eh na”suara itu membuat lamunanku buyar.”ya”jawabku
“Gimana kalau besok kita masuk ke rumah kosong itu mau gak?”usul Rara
“Hah kamu mau uji nyali apa???”kataku kaget
“Disana kan gak ada hantunya,ayolah ,sekali aja nanti kan kita lama gak ketemu”Rayu Rara yang sambil memainkan tanganku kayak bola sepak
“Don’t,eh maaf boleh aja deng,mau kapan ke rumah kosong itu”kataku
“Sekarang sesudah shalat maghrib,mukenanya kita pinjam masjid aja jadi gak usah bawa mukena”kata Rara dengan cermat.

***

            Setibanya aku di rumah,aku tak melihat Pa Tang. Pa Tang adalah supir pribadi ayahku yang tadi pagi mengantarkanku ke sekolah. Biasanya saat aku sudah tiba di rumah Pa Tang sedang mencuci mobilku.Tapi Pa Tang tidak ada begitupula dengan mobil yang biasanya ada di garasi.
            Seketika itu juga aku berlari cepat dengan sepatu yang masih terpasang ke dalam rumah. Aku takut terjadi apa-apa di rumah ini. Dengan nafas tergesa-gesa aku mencari Mbok Yem.Mbok Yem yang sedari tadi mendengar suata langkah lari,dengan sangat jelas ketukan kaki itu terus mendekatinya-terus-terus-terus mendekat kepada dirinya.Mbok Yem pun berbalik dengan spontan dan hampir berteriak.
“Eh,neng copot jantung kucing roboh makan ayam terbang-terbang.”
            Aku selalu ingin tertawa jiwa melihat kejadian ini hihihi.
“Mbok Yem lihat Pa Tang ?”
“Oh anu neng tadi Pa Tang disuruh nyonya besar ngejemput nyonya di Lembang.”
“Loh bukannya tadi ayah sama bunda perginya bareng naik mobil yang satu lagi ?”
“Itu loh neng katanya tuan besar lagi ada urusan jadi nyonya ndak bisa pulang bareng non.”
“Yaah kalau gitu ayah ma bunda pulangnya malem lagi dong ….” Keluhku
“Ya udah neng,mbok mau nerusin masak dulu ya neng.”
“Ya udah mbok,oh bentar mbok kalau Mira dan Susi jadi kesini gak ?”
“Jadi neng,tadi katanya lagi di jalan.”
            Mira dan Susi adalah saudaraku dan rencananya sih mereka mau liburan bersama keluatga. Akhirnya aku kembali ke ruang sepatu untuk membuka warrior yang dari tadi masih terpasang. Adzan Dzuhur berkumandang bersamaan ketika soto buatan Mbok Yem yang telah siap untuk disantap.Oleh karena itu bergegaslah aku menunaikan sholat sehingga dengan cepat pula aku dapat menikmati soto Mbok Yem yang kelezatannya telah aku akui sejak kecil.

***


            Seperti hari biasa Rara dan Sofala menjemputku untuk sholat magrib bermajaah di Masjid Ar-Rahman. Kami bertiga tidak membawa mukena karena kita bertiga berencana untuk pergi ke rumah di jalan mawar.
            Setelah menunaikan ibadah sholat kami bergegas pergi ke rumah di Jl.Mawar itu. Hati kami berdegub kencang sekali. Kami sampai di rumah kosong itu, kami berdiri di depan rumah kosong itu dengan tegap tapi tak lama kemudian kami sudah ada di teras rumah.
            Rumah itu, kami sempat kaget ketika pintu di ruang tamu tersebut terbuka sendiri. Kami berpandangan. Tapi itu tidak menggetarkan kami sekali pun kami telah masuk, Kami secara serentak mengucapkan salam. Sudah jauh kami menelusuri rumah itu tapi ternyata KOSONG.Tidak ada apa-apa.
            Dengan sedikit bercanda akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Seketika itu juga pintu keluar yang ternganga lebar tiba-tiba tertutup sendiri. Kami spontan berlari ke lantai dua, lalu mengunci diri di sebuah kamar mandi. Kami mundur hingga akhirnya punggung kami menempel pada tembok sebuah kamar mandi. Tiba-tiba shower di atas kami menyala sendiri.
            Kami lari dengan keadaan basah. Tak kami sadari ada hantu di belakang kami. Hantu itu memakai baju putih dan rambutnya menutupi wajahnya kukunya panjang. Dengan kekuatan terakhir kami melangkah ke tangga. Belum sempat turun, Sofala sudah tertinggal  jauh di belakang.
            Dia Terpeleset, awalnya ingin kami tolong karena hantu itu berada tepat dibelakangnya. Sofala membalikan badan,ia berteriak kepada kami
“PERGILAH…..PERGILAH….”
            Tanganku dipegang Rara dan dengan gesit Rara dan aku menuruni tangga. Tak terasa ada embun bening yang jatuh dan mengalir dipipiku. Aku tak tahu nasib ku sekarang. Apakah ia…. Tapi aku tidak mau berprasangka buruk dulu.
            Aku tersentak kaget hingga setengah meloncat. Bagaiman tidak sebuah tuts di piano yang berada disampingku ini bergerak sendiri ia ia ia memainkan sebuah lagu,entah apa lagu itu, sudah tidak sempat aku berfikir dengan jernih. Aku dan Rara lari keruang dapur (terlihat seperti dapur) . Rara mungkin sudah lapar dengan reflex tangannya mengarah ke meja. Ia mengoleskan mentega pada roti tawar.
            Ridiculeus. Kata itu langsung terbesit di benakku. Tak terfikir. Roti, mentega, sendok bahkan selai pun masih baru dan tertata rapi di meja. Aku semakin tidak mengerti,aku mundur hingga ke Pintu. Dari bawah meja kulihat kuku panjang keluar dari bawah meja dan itu memegang kaki Rara.
            Rara terembat tak bisa mengeluarkan diri. Saat aku hendak  menolongnya. Rara berteriak
“PERGILAH…..PERGILAH….”
            Tentu saja aku menangis,bagaimana tidak . Mereka adalah sahabat ku.Tanpa sadar aku menuju ruang tamu dan aku mengedor-gedorkan pintu ruang tamu sekuat-kuatnya.Aku tahu itu tak akan berhasil. Menangis, Putus asa mungkin adalah singkat kata yang dapat menggambarkan pikiran dan keadaan ku saat ini.hiks-hik tolong aku aku mohon siapapun tolonglah aku disini…

***




            Segumpal air tersiram ke bajuku. Hantu itu mengibaskan rambutnya. Seketika itu ada gelak dihatiku “Kok hantu tapi rambutnya berkilau banget,so shine banget gitu.” Rara keluar dan Sofala turun dari tangga. Terlihat ada seorang perempuan turun dari lantai kedua. Ternyata oh ternyata bener deh abis aku dikerjain mereka. Ternyata kedua hantu itu adalah saudaraku yang hendak berlibur di rumah. Yang berada di depanku bernama Mira dan yang sedang turun tangga bernama Susi.
“Hey ada apa ini ?” Tanyaku heran
“Oh aku mengerti jangan-jangan kalian berempat sudah merencanakannya ?”
“100 deh buat kamu.”Kata Susi
“ Ini kan surprise kami untuk saudara kami yang tercinta.”Kata Mira
“Tapi inikan rumah kosong, kalian kan bisa surprise aku di rumah ?”kataku sambil berjalan ke luar rumah
“Na sorry ya.. Sebenernya sih aku cuman ngarang sama cerita rumah ini, sebenernya rumah ini bukanlah rumah kosong melainkan rumah tinggal. Disini ada Mbok Isah yang menunggu. Mbok Isah itu orangnya baik. Jika aku dan Sofala pulang pasti Mbok Isah mempersilahkan kami masuk rumah ini. Saat ini Mbok Isah sedang pulang kampung. Jadi dia nitipin kunci rumah ini ke aku dan Sofala. Sebelumnya kami meminta ijin terlebih dahulu untuk menggunakan rumah ini seharian dan Mbok Isah memperbolehkannya. Sebenernya rumah ini milik keluarga Zaenal ,tapi Pak Zaenal sendiri dipindahkan kerjanya ke Thailand. Jadi beliau menitipkan rumah ini kepada Mbok Isah. Beliau akan pulang ke tanah air kita tahun 2009. Dindingnya tidak dicat, karena menurut beliau 5 tahun adalah waktu yang lama sehingga cat dalam rumah akan mudah kumuh. Dan setiap bulan Pak Jaenal memberikan gaji dan biaya perawatan rumah sebanyak 3 juta”.Kata Rara menjelaskan sedetail-detailnya.
“Lalu mengapa Mbok Isah tidak mengajak keluarganya tinggal disini ?” Tanyaku heran.
            Sekarang giliran Sofala menjawab ,”Mbok Isah mempunyai dua orang anak perempuan dan satu suami. Anak perempuannya telah menikah, anak pertama mengikut ke suaminya di Lampung dan telah sukses membuat batik Lampung. Sedangkan anak kedua,sama mengikut ke suaminya di kajen Kab.Pekalongan dan mereka telah mempunyai kurang lebih 20 Hektar Sawah disana. Sedangkan Pak Isah tidak bisa hidup di kota. Ia lebih memilih untuk tinggal di Jepara, Jawa Tengah.
“Ayo mari pulang,kita harus berkemas karena kita akan pergi ke YOGYAAA.” Kata Suci

Akhirnya aku dan saudaraku serta Rara dan Sofala berpisah. Aku siap jalan-jalan ke Yogya.

***

Komentar

Postingan Populer